Jumat, 16 Maret 2012

kenali tahapan stress


Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Menurut definisi kerjanya stres adalah :
  • Suatu tanggapan adaptif,ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan),situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
  • Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan)situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr.Robert J.Amberg (dalam Hawari,2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
  1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);
  2. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya;
  3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang,dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari,karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut:
  1. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;
  2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang;
  3. Lekas merasa capai menjelang sore hari;
  4. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);
  5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);
  6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
  7. Tidak bisa santai
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II,maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
  1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare);
  2. Ketegangan otot-otot semakin terasa;
  3. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;
  4. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia);
  5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi,atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
  1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit;
  2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit;
  3. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate);
  4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari;
  5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
  6. kegairahan;
  7. Daya konsentrasi daya ingat menurun;
  8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
  1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion);
  2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana;
  3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder);
  4. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks,seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.
Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
  1. Debaran jantung teramat keras;
  2. Susah bernapas (sesak dan megap-megap);
  3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;
  4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;
  5. Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar